Broken Heart? Maybe...
Di goreskan oleh Yunna , Minggu, 23 Januari 2011 16.38
Kemarin malam, selepas magrib aku pergi makan di sebuah resto fast food di daerah alun-alun Purwokerto bersama Putri. Kami yang notabene sama-sama menganggur cuma menghabiskan waktu malam minggu dengan ngobrol dan tentu saja curhat. Agak iri rasanya melihat pasangan-pasangan yang bermesraan di mana-mana saat malam minggu begini...
Setelah makan, kami mampir di Masjid Agung alun-alun untuk sholat isya. Aku menunggu Putri yang masih sholat sambil duduk bengong di teras Masjid. Tahu siapa yang kutemui di sana?
Aku bertemu kakak sepupu laki-lakiku. Sudah cukup lama kami tidak bertemu. Dan jujur saja suasana jadi agak canggung saat kami bertemu. Kakak sepupuku bilang kalau ada yang mau dia bicarakan denganku, jadi Putri kusuruh pulang terlebih dulu sambil membawa motorku.
Putri menurut dan pulang setelah memberi kode agar aku meneleponnya setelah ini.
Aku dan kakak sepupuku cuma duduk di pinggir jalan. Pada awalnya hampir tidak ada pembicaraan yang penting di antara kami. Kami cuma membahas kegiatan masing-masing. Aku sudah sejak awal menebak kalau akan ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan. Benar saja, setelah sejam kami ngobrol tidak jelas raut wajahnya mulai berubah sebelum dia bicara lagi.
"Ly, aku rencananya mau tunangan sama pacarku yang sekarang. Aku pengen kamu jadi orang pertama yang tahu soal ini. Susah banget buat mutusin ini. Waktu pertama kali pacarku ngomong soal tunangan yang kepikiran sama aku langsung kamu. Soalnya kamu pacar seriusku yang pertama, tapi itu udah selesai. Sekarang kamu adek yang paling aku sayang."
Jujur saat mendengar dia bicara begitu ada bagian dari hatiku yang menangis. Aku memang sudah melupakan kalau aku pernah suka pada kakak sepupuku itu. Aku juga sudah merubah cara pandangku padanya. Dari seorang laki-laki menjadi sosok seorang kakak yang penting bagiku. Tapi tetap saja rasa itu muncul.
Walau kita sudah melupakan dan memutuskan untuk tidak lagi menyukai seseorang, tetap ada sebongkah perasaan tidak rela, sedih dan patah hati yang kita rasakan. Walau hanya sedikit pasti kita akan merasakan itu. Seperti aku.
Aku sama sekali tidak bisa mendefinisikan apa yang aku rasakan. Apakah ini patah hati?
Atau ini adalah sebuah rasa kecewa dan sedih untuk seorang kakak?
Kali ini aku berusaha menerima kabar yang dibawa kakak sepupuku dengan senyum walau terasa sakit. Ada seberkas sinar bahagia yang kutangkap dari sorot matanya. Dan aku tidak ingin merusak kebahagiaan itu dengan perasaan egoisku. Aku ingin mendukung apa yang diambilnya sekarang. Tentunya sambil menata kembali hati yang sempat pora poranda saat mendapat kabar kejutan itu.
Aku memang bukan seorang pecinta yang sempurna. Tapi aku belajar untuk sempurna dalam membawa perasaan dan menyampaikannya pada orang-orang yang aku sayang...
Apa ini sebuah pertanda patah hati?
Catatan Yunna:
Ini kabar yang benar-benar membuat syok.
Kemudian kami ngobrol sampai hampir tengah malam. Kakak sepupuku sepertinya berusaha menyakinkan kalau aku tidak apa-apa. Yah, aku memang tidak apa-apa. Setidaknya sekarang aku baik-baik saja...
mungkin bukan patah hati cuma merasa kehilangan aja.