Story - Epilog
Di goreskan oleh Yunna , Rabu, 09 Februari 2011 11.00
EPILOG
Mimpi dan masa depan hanya milik kita.
Mungkin kita akan selalu menempuh jalan yang berbeda.
Tapi apa kau tahu?
Aku selalu mengharapkanmu.
Berharap kau kan kembali ke depanku.
Dengan membawa sejuta mimpi dan harapan yang baru.
Aku akan selalu menunggumu.
Jadi tersenyumlah.
Dan berjuanglah semampumu.
Demi semua impianmu.
Dan terlabih lagi,
Demi aku seorang.
^^^
Dua setengah tahun kemudian.
Winna berjalan keluar dari sekre BEM dengan wajah kesal. Ia ingin mundur dari tugasnya sebagai sekretaris BEM. Gara-gara ini, tadi ia nyaris gagal di ujian yang dijalaninya. Tapi Aji sang ketua yang seenaknya itu selalu menolak permintaannya. Sepertinya sesekali ia harus sengaja membuat kesalahan agar dipecat dari keanggotaan BEM.
Langit hari ini sangat cerah.
Winna mendongakkan kepala. Matanya menyipit memandang langit. Apa kabarmu? Bisiknya dalam hati.
Winna kehilangan kontak dengan Fandi setelah mereka masuk kuliah. Tapi gadis ini tidak mempersoalkannya. Fandi sudah berjanji. Dan Winna sebisa mungkin juga akan menepati janji.
Kemudian dilihatnya Ivan mendekat.
Ivan, memilih masuk jurusan akutansi daripada fotografi. Katanya fotografi hanya hobi, dan akan dilakukannya di sela-sela waktu kosongnya. Sementara ia berkonsentrasi penuh pada kuliah dan cita-citanya sebagai seorang akuntan.
Zia masuk jurusan keguruan, menjadi guru matematika. Winna sangat yakin sahabatnya itu pasti bisa menjadi guru yang baik
Rara masuk kebidanan, membuat Winna kaget. Tidak menyangka kalau Rara yang takut darah akan masuk jurusan yang bertemu banyak darah seperti itu. Dan akan segera lulus tahun depan.
Ina dan Meta masuk ke hukum. Ardi masuk manajemen.
Sedangkan yang lainnya, sudah pasti mengejar apa yang mereka inginkan. Menempuh jalan yang sudah jauh-jauh hari mereka rencanakan.
“Hai Win,” sapa Ivan, “gimana ujianmu?”
Winna cemberut. “Nyaris gagal. Semalam aku lembur bikin laporan hasil rapat BEM.”
Ivan tertawa lepas. “Kalau aku sukses dong!”
“Kalau cuma mau pamer sama aku, pergi aja sana!”
Tawa Ivan bertambah lebar. “Nggaklah.”
Winna masih cemberut. Tak mau menanggapi pernyataan Ivan. Kemudian Ivan menyentuh bahunya.
“Kamu bener-bener nggak mau jadi pacarku Win?”
Sudah bukan rahasia lagi di kampus Winna kalau Ivan terang-terangan mengincarnya.
Winna langsung menggeleng dengan tegas. “Sekali lagi aku bilang nggak.”
Ivan mendesah. “Kamu bener-bener setia ya sama Fandi,” komentarnya, “kalau gitu aku punya kado.”
Ivan mengeluarkan sebuah amplop besar. “Buka deh!”
Winna menurut. Membuka amplop itu dan terkejut. Isinya foto-foto dirinya yang di ambil secara diam-diam. Perlahan Winna memandangi satu-demi satu foto itu. Teringat kata-kata Ivan.
“Fandi nggak akan ngambil gamar dengan obyek manusia. Kecuali kalau dia punya ketertarikan secara pribadi sama model itu.”
Foto terakhir, adalah foto di hari kelulusan. Foto anak-anak satu kelas. Di baliknya ada sebait tulisan tangan.
Aku berterima kasih kalau kamu mau nunggu aku.
Aku bersyukur bisa menemukan lembaran baru itu di dalam diri kamu.
Dan maaf karena aku baru bisa bilang sekarang.
Kalau aku cinta kamu.
Kali ini aku nggak akan melepas kamu lagi.
Aku nggak mau membuat kesalahan yang sama.
F
Dan air mata Winna jatuh. Ia tidak menyesal telah berjanji pada Fandi dulu.
Semoga langit ikut mengantarkan pesan cinta ini padanya. Winna terdiam menatap kertas itu. Ia rindu. Benar-benar rindu pada Fandi.
“Van,” panggilnya, “Dari mana kamu bisa dapet ini?”
Ivan tersenyum. “Orangnya langsung yang kasih sama aku. Tuh di sana.”
Winna terkejut. Mengangkat kepalanya dan terpana. Fandi berdiri di sana.
“Terharu sampai nggak sadar aku ada di sini ya?”
Dan Winna menangis.
^^^
Kedua orang itu berjalan berringan dibawah langit. Keduanya tersenyum.
Fandi menggenggam tangan gadis di sebelahnya dengan erat.
“Kamu tahu, Win. Saat-saat aku kuliah tanpa kamu itu awalnya berat. Tapi sekarang udah liat kamu rasanya hatiku jadi ringan. Aku bahagia.”
Winna tidak menjawab. Matanya kembali basah.
“Jangan nangis dong!”
Fandi menunduk dan menghapus air mata Winna dengan jarinya.
“Aku cinta kamu Win. Sekarang. Dan semoga sampai selamanya.”
Kemudian keduanya berpelukan dalam diam.
^^^
Oh cinta.
Selamanya engkau memang ada di hati.
Aku bersyukur bertemu denganmu.
Aku bersyukur bisa melihat semua senyummu.
Senyum yang kau tunjukan hanya padaku.
Sentuhan perhatian yang kau beri untukku.
Aku takkan menyesal bertemu denganmu.
Karena kau adalah yang terindah bagiku.
Karena kau nyawa dan hidupku.
Aku berjanji takkan melepasmu lagi.
Jangan pernah hilang dari mataku.
Jangan pergi dari pelukku.
Catatan Yunna:
Terima kasih untuk semua sahabatku yang sudah membaca cerita ini........
Saluttt... keren banget ceritanya. Kirim dong ke penerbit, siapa tahu bsia diterbitkan.