This is a Good Day, Maybe?
Di goreskan oleh Yunna , Jumat, 11 Februari 2011 20.00
Aku baru saja pulang. Dan rumahku gelap. Sepertinya orang tuaku pergi entah ke mana tanpa bilang, mungkin kesal padaku. Tadi pagi selesai sarapan aku langsung pergi tanpa bilang apa-apa pada mereka karena lupa.
Seharian ini aku jadi supir untuk kakak sepupuku. Ini jadwalnya untuk ikut terapi, dan tidak ada yang bisa mengantarnya hari ini. Aku tidak akan mungkin tega membiarkannya naik taksi. Jadilah hari ini aku pergi dengan membawa mobil bapakku dari rumah. Tidak mungkin kan aku membiarkan kakak sepupuku menyetir sementara aku masih bisa menggantikannya?
Oya, kakak sepupuku memang sudah keluar dari rumah sakit. Tapi dia masih membutuhkan terapi penyembuhan untuk menyempurnakan otot syarafnya yang rusak akibat kecelakaan. Terapi ini mungkin akan di jalaninya sampai 6 bulan ke depan.
Ruang Fisioterapinya menurutku sangat bagus. Di dominasi warna cokelat dan orange cerah di wallpapernya. Ada juga pegangan besi di beberapa sudut ruangan. Alat-alat terapinya juga bermacam-macam. Baru kali ini aku melihat dan masuk ruang Fisioterapi.
Terapis yang menangani kakak sepupuku sangat baik. Namanya Kinar, umurnya baru 35 tahun. Dia membiarkanku tinggal di dalam untuk melihat. Pada awalnya Bu Kinar mengira aku ini pacar kakak sepupuku. Tapi aku menggeleng dan kakak sepupuku bilang kalau aku sedang jadi supirnya untuk sehari.
Aku senang. Tapi aku juga sedih. Melihat kakak sepupuku harus menjalani terapi seperti ini membuatku miris. Tapi kakak sepupuku sendiri tampak tidak terbebani sama sekali dengan keadaannya yang sekarang. Dan aku tidak mau menunjukkan wajah sedih di hadapannya. Aku sudah pernah berjanji untuk tidak menangis lagi untuknya. Dan aku akan berusaha menepati janjiku itu. Karena kakak sepupuku juga sudah menepati janjinya untuk bertahan dan kembali seperti semula. Ceria dan tertawa kembali.
Karena itulah, aku tidak akan menangis lagi. Aku akan menjadi kuat untuk menepati janjiku padanya.
Terapinya berlangsung selama dua setengah jam. Selesai tepat saat jam makan siang. Dan kakak sepupuku mengajak, atau lebih tepatnya memaksaku untuk mencari makan dulu. He said,
"Its your job today..."
Setelah makan kakak sepupuku memintaku untuk ke baturaden. Tapi bukan ke obyek wisatanya. Kami punya tempat untuk main yang kami temukan saat pergi ke sana waktu kecil. Dan aku berhenti di pinggir jalan dan kami berjalan kaki ke situ.
Aku ingat yang di katakan kakak sepupuku waktu itu.
"Aku nggak pernah nyesel ngalamin kecelakaan ini. Aku yang sebelumnya sibuk dengan urusanku sekarang punya waktu buat mikir tentang banyak hal. Aku emang masih harus ikut terapi, tapi itu nggak akan jadi masalah. Asal aku punya orang-orang yang dukung aku, aku ngerasa labih hidup. Aku juga jadi tahu siapa orang-orang yang bener-bener tulus dan perhatian sama aku."
Jujur aku menahan tangis saat itu. Tapi kakak sepupuku menepuk kepalaku sambil bilang kalau aku ini cengeng.
Kami turun kembali ke Purwokerto sekitar jam setengah lima. Dan eyangku sudah menunggu di rumah sambil berkacak pinggang karena kesal. Eyangku khawatir bukan karena kami tidak pulang-pulang, tapi khawatir karena aku belum punya SIM A untuk mobil. Aku memang bisa menyetir mobil sejak SMA, tapi terlalu malas untuk ikut ujian SIM.
Pada akhirnya, hari ini berakhir dengan baik. Setidaknya bagitu menurutku...
Catatan Yunna:
Aku pernah gagal ujian SIM A. Dan itu membuatku malas untuk ikut ujian lagi meski Bapakku bilang kemampuan menyetirku sudah sempurna. Lagipula aku jarang sekali keluar menggunakan mobil. Aku lebih suka naik sepeda motor.
Mungkin nanti aku akan coba ikut ujian SIM A lagi...
wah, aku malah gak breani bawa mobil sendiri.