Bingung

Di goreskan oleh Yunna , Rabu, 29 Desember 2010 17.43

Aku pusing.
Besok ujian matematika dan sekarang otakku sama sekali tak bisa di ajak bekerja sama. Rasanya malas melihat deretan angka-angka yang membuat kepalamu pusing dan bekerja dua kali lebih berat daripada biasanya itu.

Aku berharap akhir tahun ini akan berakhir dengan penuh keceriaan.  Penuh kegembiraan. Tapi sepertinya sulit dengan keadaan sekarang. Otakku seperti tidak ada di tempatnya.

Apa kalian pernah merasakan yang namanya kesal?
Cemburu dan marah?

Hari ini aku merasakannya.
Aku sudah cerita tentang A kan?
Setelah bicara tentang hal yang membuatku bingung dan sakit kepala hari ini dia membuatku kesal.

Seharian dia memilih menjauh dariku dan dekat-dekat dengan teman perempuan sekelasku yang lain. Aku memang belum tahu harus menjawab apa pada A, tapi tetap saja ada rasa cemburu dan kesal saat melihatnya.
Dia mendekati perempuan lain setelah mengatakan sesuatu yang membuatku kaget dan berdebar.

Perasaan seperti ini adalah perasaan yang selalu membuatku bingung.

Aku merasakan kesedihan, namun di lain pihak aku juga marah dan kesal setengah mati. Aku seringkali sukar untuk mendefinisikan apa yang aku rasakan di dalam hati tiap kali merasakannya. Dan hal itulah yang membuatku tidak suka dengan perasaan ini.

Dulu, aku bisa dengan mudah menyembunyikan atau membuang perasaan seperti itu. Namun keadaannya berbeda sekarang.
Aku sama sekali tidak bisa menyembunyikan apa yang aku rasakan. Dan tiap kali aku merasakan perasaan itu, aku selalu ingin memangis atau menjerit. Ada sesuatu di dalam hatiku yang membuatku sakit.
Seolah ada sebuah lubang besar yang menganga dan ingin menelanku...

Dan inilah yang paling membuatku bingung.
Aku menyukai Putra, sampai sekarang. Tapi aku juga kesal melihat sahabatku yang dekat dengan orang lain. Apa mungkin aku jatuh di dua lubang?

Catatan Yunna:
Aku memang cemburu. Aku mengakui itu.
Aku sama sekali tak tahu apa maksud A. Beberapa temanku bilang mungkin A hanya ingin melihat reaksiku saja. Apa aku cemburu atau tidak.
Tapi aku yakin, tanpa aku katakanpun A sudah tahu jawabannya.
Ah, aku bingung...

Pilih Apa?

Di goreskan oleh Yunna , Minggu, 26 Desember 2010 18.40

Kali ini aku merasakan kekosongan itu.
Ada rasa sakit menusuk kurasakan dalam hati. Aku ingin menangis. Aku ingin meronta. Aku ingin lepas.
Semua kesepian yang ada sekarang, kuharap ia pergi. 
Aku berharap ia tidak akan muncul lagi di hadapanku. Menghilang dariku.



Aku mengurung diri seharian dirumah. Kedua orang tuaku pergi, entah ke mana. Dan aku yang sama sekali tidak ingin pergi ke manapun akhirnya pasrah jadi penunggu rumah hari ini. Menghabiskan waktu seharian dengan sendirian itu bukan hal yang menyenangkan. Apalagi jika kau punya beban harus belajar untuk ujian esok hari.

Pusing?
Sudah pasti. Jangan pernah tanyakan itu lagi.

Dan kemarin, temanku A datang kerumah dengan alasan meminjam catatan. Aku yang kemarin juga kebetulan sedang dirumah sih menerima kedatangannya dengan tangan terbuka. Tapi saat dia datang, ada hal yang tidak di duga-duga terjadi.

A datang kurang lebih jam 4 sore. Saat itu orang tuaku sedang tidak ada dirumah, jadi aku sama sekali tidak mengijinkannya masuk. Dan akhirnya dia duduk diteras sambil memilah-milah catatanku. Aku diam sambil melihatnya, sama sekali tak tertarik untuk bicara. Tapi tiba-tiba A mendongak, balas melihatku.

Aku yang heran akhirnya buka suara. "Kenapa? Nggak usah liatin gitu. Ini bukan pertama kali kan kamu liat aku nggak pake kerudung?"

A tersenyum sambil menutup buku catatanku. "Tapi tetep aja kaget ngeliatnya."
"Sebenernya aku pengen laporan kalo aku putus sama cewekku."

Sekali lagi aku heran. "Terus? Apa hubungannya sama aku?"

A mengangkat bahu, kemudian berdiri sambil membawa buku catatanku. "Kali aja kamu mau gantiin tempatnya. Daripada sama yang lain mending sama kamu, La. Seenggaknya aku berharap kayak gitu."

Kali ini aku diam. Sama sekali tidak bisa berpikir untuk menjawab kata-kata A tadi.

"Aku nggak bermaksud maksa. Aku cuma pengen ngomong apa yang pengen aku omongin. Aku pinjem catatanmu, aku balikin ntar malem."

Dan dia pergi begitu saja.
Saat dia datang lagi malamnya, A tersenyum lebar seperti biasa. Seperti tidak ada apa-apa. Anak itu...
Andai dia tahu betapa kaget dan herannya aku. Aku pada awalnya berharap kalau hubungan kami ini akan tetap menjadi sahabat. Tapi kalau melihat gelagat dan alur yang di bawa A, sepertinnya sulit.

Kenapa sulit sekali bagi perempuan dan laki-laki untuik menjalin hubungan tanpa terkontaminasi oleh percikan cinta?

Sudah beberapa kali mengalami hal yang sama, membuatku jadi lebih waspada pada hal itu sekarang. Terakhir kali, aku putus juga karena hal itu. Aku jatuh cinta pada sahabatku, yang berakhir dengan keputusanku putus dengan Wisnu.
Sekarang, saat aku sedang berusaha menikmati apa yang sedang kujalani, Sahabatku yang lain malah menunjukan gelagat yang tidak aku inginkan.

Ada beberapa alasan kenapa aku ingin menghindari percikan cinta di antara sahabat.
Persahabatan dan percintaan adalah dua hal yang sangat berbeda.

Di dalam persahabatan, aku bisa mendapatkan perasaan seperti 'feel like home'. Lepas dan bisa melakukan apapun tanpa merasa takut atau malu.
Sedangkan cinta, adalah saat dimana aku bisa merasa sangat bebas untuk menyayangi seseorang. Di mana aku bisa menjadi diri sendiri saat mencintai orang itu.

Apakah saat kau merasa sangat nyaman bersama sahabatmu, itu bisa di artikan sebagai cinta?

Catatan Yunna:
Karena itu sekarang aku sedang gelisah. Berharap kalau apa yang dikatakan A kemarin hanya mimpi atau bualan semata. Dia sahabatku, dan aku berharap kami akan seperti ini terus.
Aku berharap dia menarik apa yang dikatakannya padaku...

Picture taken from here

Cinta Karena Terbiasa

Di goreskan oleh Yunna , Rabu, 22 Desember 2010 17.30

Aku tak pernah tahu saat aku jatuh cinta.
Aku tak pernah tahu sejak kapan aku tertawan olehnya. 
Sejak kapan terpana oleh senyumannya.
Dan aku tak pernah tahu sejak kapan hatiku di curi olehnya.



Minggu depan sudah masuk ujian semester. Dan sekarang aku disibukkan dengan seabrek tugas yang menunggu untuk diselesaikan. Tapi rasanya malas bukan main...
Tadi saja aku berangkat dalam keadaan pusing. Kepalaku berat dan perutku mual, masuk angin mungkin.

Bisa jadi itu karena kemarin aku mengerjakan tugas sampai malam. Dan perlu dicatat, kemarin malam benar-benar dingin, belum lagi rasa kantuk yang sangat tak tertahankan. Aku sampai nyaris ketiduran saat perjalanan pulang kerumah.

Dan hari ini aku sedang bingung karena tingkah salah satu teman sekelasku.
Tadi siang, aku tidak sengaja bertemu Putra di tempat fotokopian kampus. Dia tersenyum lalu duduk di sebelahku, kemudian kami ngobrol seperti biasanya. Belum begitu lama, teman sekelasku, A datang.
Begitu dia melihat Putra, mukanya yang biasa ceria itu seperti mendadak cemberut. Dia berdiri di dekat kounter fotokopian sambil membelakangiku. Waktu itu sih aku biasa saja, tidak berpikir yang aneh-aneh.

Setelah beberapa menit, A mengirim sms ke Hpku.

Ada dia kamu nglupain aku.

Setelah baca sms dari A itu aku jadi kaget plus bingung. Kenapa lagi anak satu ini...

Aku nggak habis pikir lho, apa sih yang ada di pikiran A. Kami ini nggak ada hubungan apa-apa, dan dia sendiri masih dalam status in relationship. Aku sama sekali menghindari pemikiran bahwa dia cemburu. Selama ini kami memang dekat, tapi itupun karena berbagai kebetulan yang sering mengharuskan aku dan A bertemu atau pergi sama-sama.
Tidak lebih.

Tapi anak-anak di kelas sering menggosipkan kami. Itu mungkin karena A memanggilku dengan nama tengahku, berbeda dengan anak-anak yang lain. Teman dekatku sampai membuat sebuah teori baru tentang cinta.


Cinta itu datang karena terbiasa.

Kalau kupikir-pikir lagi mungkin itu ada benarnya juga.
Putra juga cocok dengan teori itu. Pada awalnya aku sama sekali tak ada perasaan apa-apa padanya. Tapi karena sebuah tugas, aku dan Putra harus bersama hampir setiap hari. Saat aku sudah terbiasa dengan kehadiran Putra, aku sadar aku menyukainya.

Dan Putra sendiri yang awalnya cuek, pada akhirnya dia juga terbiasa dengan kehadiranku. Dia mulai membuka diri dan menunjukkan sisi lain dari dirinya. Hanya saja, aku tidak pernah tahu sampai sekarang. Apakah cinta juga datang padanya? Seperti aku menyukainya. Aku sama sekali tak tahu.
Yang aku tahu dia selalu ada saat aku membutuhkannya. Dan itu sudah cukup untuk saat ini.

Aku sama sekali tidak percaya pada love at first sight, jadi teori tentang cinta yang datang karena terbiasa itu lebih cocok untukku. Seringkali aku tidak sadar kalau aku sudah jatuh cinta atau menyukai seseorang. Aku baru akan sadar pada perasaanku sendiri saat aku sudah merasa nyaman dengan kehadiran orang tersebut.

Yah, cinta memang datang karena terbiasa...

Catatan Yunna:
I love that statment.
Dan mengingat kalimat itu membuatku berpikir berulang kali. Mungkinkah cinta itu juga menghampiri dirinya?

Picture taken from here.

Dia dan Hatiku

Di goreskan oleh Yunna , Selasa, 14 Desember 2010 08.31

Aku tidak tahu harus kagum atau malah kecewa saat mendengar kata-katanya itu. Ada bagian di dalam hatiku yang terasa sakit. Tapi juga kagum. 
Sekarang ini, kau tidak akan pernah bisa menemukan cowok seperti dia. Cowok yang bahkan tidak mau memikirkan soal pacaran.
Orang yang lebih memilih menyukai seseorang dari jauh tanpa pernah mau mengungkapkannnya.
Tapi aku tahu dia selalu ada untuk orang yang disayanginya. Selalu menjaganya.


Aku tahu. Mungkin aku jatuh cinta saat itu. Dan detik itu, saat dia tersenyum padaku, aku tahu dia sudah mengisi hatiku.
Aku tahu itu.



Ini adalah pagi yang melelahkan.
Aku bangun pagi dengan badan pegal dan kepala berat. Mungkin akibat dari perbuatanku juga. Kemarin aku pulang kuliah magrib, dan malamnya aku begadang untuk menonton film. Jadi akibatnya begini. Pusing.

Yah, kita lewati saja bagian itu.
Sekarang aku mau cerita tentang teman SMAku. Sebut saja namanya Putra. Kami memang sempat dekat saat kelas 3 SMA, tapi itu cerita lama. Sekarang cuma jadi teman biasa. Aku sendiri ingin cerita tentang dia karena kagum pada sifat cueknya yang kadang-kadang keterlaluan itu.

Putra itu sepertinya dilahirkan untuk punya banyak penggemar. Soal wajah dan penampilan tak usah ditanya. Selain itu dia juga punya band yang memang sudah terkenal di Purwokerto. Yang suka padanya pun banyak.

Tapi sayangnya dia sama sekali tak pernah mau punya pacar. Dan biasanya cewek-cewek nekat yang coba mendekatinya akan menyerah karena sifat Putra yang terlalu cuek dengan cewek.

Dia memang cuek. Tapi kalau sudah dekat dengan seseorang, dia bisa berubah jadi kepribadian lain yang hangat dan menyenangkan. Dia juga tipe orang yang menutup diri, kecuali pada orang-orang terdekatnya.

Menurut pengakuan teman dekatnya, belum pernah ada cewek yang bisa dekat dengannya. Dan katanya, aku adalah orang pertama yang bisa membuat Putra mengeluarkan sisi dirinya yang lain. Dia juga tak pernah menyapa lawan jenis kalau tidak dibutuhkan. Dan dia selalu menyapaku. Lengkap dengan senyum.
Aku sendiri sama sekali tak sadar. Aku memang pernah dekat dengannya. Tapi itupun karena situasi yang mengharuskannya. dan sempat tersebar gosip kalau ada apa-apa di antara kami.

Dan waktu itu aku juga sempat suka padanya. Bukan hanya karena soal fisik, tapi karena dia bisa membuatku nyaman dan lepas saat bersamanya. Dan harus kuakui juga, ini salah satu penyebab aku dan Wisnu putus.

Pernah suatu kali di tiba-tiba bilang padaku,

"Aku nggak pengen pacaran. Tapi kalau aku udah lulus nanti, dan aku udah punya kerjaan yang jelas, aku bakal langsung datenga kerumah cewek yang aku suka. Terus aku lamar dan lengsung nikah aja."

Ada banyak sisi dari dirinya yang bisa membuatku kagum. Namun sekalugus bertanya-tanya karena ada begitu banyak juga sisi misterius dari dirinya yang belum aku ketahui. Dia memang cuek. Tapi dia selalu ada kalau aku membutuhkan. Dia juga selalu muncul di saat-saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar. Dia selalu ada di sisiku.
Aku pernah menulis cerita untuknya. Mungkin lain kali akan kupost di sini. Aku juga pernah meminta padanya untuk memainkan lagu dari Avenged Sevenfold, Dear God.
Menurut kalian dia benar-benar memainkan lagu itu atau nggak?


Catatan Yunna:
Aku memang pernah suka padanya. Dan suatu hari nanti aku berharap akan ada kesempatan untuk menngungkapkan isi hatiku itu.
Tapi aku tidak akan berharap banyak atau berharap yang apa-apa. Aku hanya ingin dia tahu apa yang aku rasakan. Apa yang aku pikirkan. Walau sebenarnya aku yakin dia tahu. Dia itu bisa membaca pikiranku seperti membaca sebuah buku. Tapi aku selalu berharap bisa mengatakannya dengan mulutku sendiri.

If you loved someone, you couldn’t let lies come between you. No matter what happened - even if you’d already lost each other forever - you owed each other the truth.


Picture taken from here










Berondong?

Di goreskan oleh Yunna , Minggu, 12 Desember 2010 11.37

Kemarin sore aku main ke SMAku dulu. Adik-adik kelasku dari eskul broadcasting menghubungiku dan memintaku datang ke acara makrab mereka. Adan mumpung aku tidak punya rencana apa-apa untuk malam minggu kemarin, aku akhirnya datang.

Tidak menyangka juga kalau eskul broadcasting punya banyak anggota tahun ini. Kalau ingat saat tahun pertama dibentuk, eskul ini hanya punya 10 orang anggota. Itu adalah masa-masa sulit bagi aku dan teman-temanku. Kekurangan dana dan tenaga untuk membuat film. Benar-benar kenangan yang tak terlupakan.

Dan kemarin aku bertemu dengan Alfi, adik kelasku yang dulu hobi sekali dekat-dekat denganku. Saat pertama melihatku datang, dia sudah heboh sendiri. Dan dia juga berkomentar,

"Lama nggak ketemu, mbak tambah cantik ya..."

Aduh anak ini...
Tingkahnya benar-benar seperti anak kecil. Dan sepanjang sesi tanya jawab, aku sadar kalau dia terus-terusan melihatku. Jadi agak kikuk bicara waktu itu.
Waktu aku pamitan pulang jam 9 malam, dia malah memegang lenganku dan merengek agar aku jangan pulang. Katanya aku disuruh menginap.

"Nginep aja mbak... Temenin kita. Nggak usah takut, kan ada aku..."

Aku cuma senyam senyum saja waktu itu.
Dan sepanjang sore sampai malam itu dia juga bertanya tentang aku dan Wisnu. Waktu kubilang kami sudah putus, sekilas aku melihat dia seperti anak kecil yang baru mendapat hadiah. Dia terus-terusan tersenyum sambil bilang,

"Oh, udah putus... Aku seneng deh, ketemu mbak lagi pas mbak udah putus."

Dan akibatnya, aku jadi tak enak sendiri gara-gara tingkah Alfi itu. Aku sendiri tak mau berpikir yang aneh-aneh soal anak itu. Tapi Dilla, temanku yang juga datang kemarin menyindir sambil tertawa,

"Putus sama Wisnu, dapet berondong juga boleh."

Dooohh...
Padahal aku sudah berusaha membuang pikiran itu jauh-jauh lho...




Catatan Yunna:
No coment soal Alfi...
Mau mencoba berpikir positif aja...
Dan sejujurnya aku nggak tertarik sama berondong. Tapi kalau buat seneng-seneng aja sih kayaknya nggak papa...


Picture taken from here

Diet Itu Perlu Nggak sih?

Di goreskan oleh Yunna , Jumat, 10 Desember 2010 11.58

Diet.
Itu adalah hal yang sudah hampir sebulan ini terus dikoarkan oleh Farah, temanku. Dia berulang kali mengeluh tentang berat badannya. Katanya perutnya gendutlah, pahanya besarlah...
Dan masih banyak lagi jenis keluhan yang berhubungan dengan berat badan. Bahkan Farah juga sampai membeli obat pengurus badan demi obesesinya itu. Ya ampun...

Aku sendiri bukan tipe orang yang peduli dengan berat badan. Yah, peduli sih... Tapi tak sampai seekstreem itu. Kata-kata 'Diet' sudah lama lenyap dari kamusku. Aku sekarang mencoba menerima diriku apa adanya. Gendut maupun kurus itu permberian yang di Atas, yang bisa kita lakukan cuma menerima dan bersyukur atas karuniaNya.

Tapi untungnya, aku ini juga bukan tipe orang yang gampang gendut. Mau makan sampai sebanyak apapun beratku tak pernah naik. Berat badanpun stabil di angka 48-49 kg. Kalaupun tiba-tiba beratku melonjak sampai di atas 50 kg, itu tak akan lama. Dalam waktu kurang dari seminggu biasanya beratku akan segera kembali ke angka normalnya.

Ini adalah hal yang sangat menggembirakan untuk ukuran cewek yang sangat suka makan sepertiku.

Temanku, A, dia sampai terheran-heran saat pertama kali melihat porsi makanku. Soalnya, waktu aku bilang kalau aku bisa makan sampai 5 kali sehari dia cuma tertawa dan tidak percaya.

Katanya, aku cewek pertama yang ditemuinya yang tidak peduli dengan porsi makan yang masuk ke perut. Dia juga sampai hafal kalau selesai kuliah aku pasti akan mengeluh lapar dan langsung bergerilya mencari pengisi perut.

Dan tiap kali tak sengaja bertemu di tempat makan, dia masih saja terheran-heran saat melihatku makan. Pernah dia bertanya padaku,

"Hebat ya, kamu makan banyak banget tapi nggak gendut. Pake apa tuh?"

Dan dia sama sekali tak percaya saat aku bilang kalau aku sama sekali tak pernah melakukan yang namannya diet.

Kadang terpikir juga sih ingin diet. Tapi kalau ingat aku sering tidak bisa menahan lapar niat itu langsung kubatalkan. Mengingat juga kalau beratku sebenarnya sudah masuk kategori ideal.
Dan A pernah berkomentar saat aku cerita soal diet padanya.

"Cowok itu lebih suka sama cewek yang mau tampil apa adanya. Ga usah pake diet mati-matian atau dandan tebel-tebel. Gak semua cowok liat cewek cuma dari fisik. Kamu juga, jangan pernah kepikiran buat diet. Kamu nggak butuh..."

Yah... menghargai badan sendiri tak ada salahnya kan?
Belajar menerima kekurangan seperti menerima ke;ebihan yang kita miliki itu penting. Karena dengan itu kita jadi bisa membuat diri kita percaya diri seutuhnya.





Catatan Yunna:
Diet itu sesungguhnya nggak perlu. Kalau ingin kurus tinggan kontrol aja semua jenis makanan yang masuk.
Sebagai cewek kita pasti ingin cantik, tapi ada satu hal yang perlu di ingat. Gak perlu harus kurus untuk jadi cantik....


Picture taken from here

Because Rain

Di goreskan oleh Yunna , Rabu, 08 Desember 2010 17.08

Hujan selalu mengingatkanku pada dirimu.
Tiap titik air di angkasa yqng jatuh ke telapakku membawa tiap jengkal kenangan yang sudah lama kuhapus dari ingatan.

Rindu?

Tidak. Aku berusaha melepas rasa itu. Aku tak ingin mengulangnya. Aku tak bisa.
Aku ingin matahari muncul dari balik hujan. Menghentikan hujan dan menguapkan titik titiknya.
Saat langit cerah, itulah saatnya aku tersenyum lagi pada dunia. 


Hujan lagi.
Gara-gara cuaca yang sering berubah-ubah tak jelas ini ada banyak rencana yang terpaksa harus batal. Dan itu menyebalkan. Belum lagi beberapa dosen yang seenaknya membatalkan kuliah hanya karena hari hujan dan tak mau berbasah-basah ria.
Menyebalkan.

Moodku juga dengan terpaksa jadi lebih buruk daripada biasanya. Seorang temanku bilang kalau akhir-akhir ini aku lebih sering manyun. Dan katanya porsi makanku berlipat dari biasanya. Haaa... Jadi malu kalau dikomentari soal porsi makan begitu.

Temanku yang satu ini memang sepertinya perhatian dan hafal semua kebiasaanku. Sebut saja dia A.
Yah, wajar saja sih... Walau baru berteman sekitar 4 bulan tapi intensitas pertemuan kami itu padat. Aku sering bertemu dengannya di mana saja dan kapan saja.

Di kampus, sering makan di tempat yang sama, les di LIA pada hari dan jam yang sama, bahkan jadwal ke bengkel pun sama. Hahaha... Aku jadi heran sendiri.
Dia juga tak pernah sekalipun memanggilku dengan nama. Aku punya banyak nama julukan darinya. Mulai dari Bos, chef, sampai yang paling sering digunakannya memanggilku itu Neng...
Baru kali ini aku jadi berteman dekat dengan seseorang karena berbagai kebetulan seperti itu. Rasanya jadi seperti cerita komik...

Ganti topik.
Sekarang aku lagi benar-benar suka makan makaroni tasik yang pedasnya sampai bisa membuat perut berkontraksi parah. Beberapa orang sampai heran kalau melihatku makan makroni itu. Katanya aku orang pertama yang sanggup menghabiskan 5 bungkus tanpa sakit perut.
Kalau dugaanku sih, perutku sudah kebal dengan rasa pedasnya. Jadi aku tak pernah punya masalah makan sampai berapa bungkuspun.

Aku juga suka makan takoyaki yang dijual di depan Indomaret dekat kampus. Sampai aku kenal dengan penjualnya saking seringnya membeli. Dan kadang-kadang diberi bonus juga kalau beli banyak...

Apa lagi ya....

Hujan masih turun. Aku jadi ingin makan takoyaki.............


Catatan Yunna:
A adalah orang pertama yang bisa membuatku bercerita tentang banyak hal. Padahal saat itu kami belum dekat. Ngobrol pun juga karena sama-sama meunggu motor yang di servis di bengkel.
Waktu itu kami ngobrol hampir tiga jam di bengkel. Dan tanpa sadar aku cerita semua hal tentang diriku pada A. Aneh. Padahal biasanya aku jarang seterbuka itu pada orang yang baru aku kenal.

Always remember to be happy.
Because you never know who's falling in love with your smile.

Picture taken from here

Catatan Patah Hati

Di goreskan oleh Yunna , Selasa, 07 Desember 2010 08.36



Ada sesuatu yang terasa berbeda.
Hati dan pikiranku sama sekali tak bisa berhenti untuk gelisah.
Bertanya-tanya apa yang terjadi.
Apa yang kurasakan. Apa yang kuinginkan.

Ingin kutusuk jantungku.
Agar ia berhenti gelisah. Berhenti mendetakkan suara yang membuatku semaik jatuh dan kalut.
Ingin ku ambil nafasmu.
Menggantikan deru nafasku yang semakin terasa pendek dan menyesakkan. Membuatku kehilangan semua kesadaran atas dirimu.
Ingin ku buang semua pandanganku.
Agar aku tak lagi mencari bayang dan cahayamu. Yang terus menghipnotis pikiranku.

Semua kulakukan untuk menghapusmu. Hilang.

Aku ingin lumpuh.
Agar aku tak pernah bisa lagi mengejar debumu yang terbang bersama angin. Luruh bersama hujan.
Membuatmu mati dari diriku.

Seorang teman berkomentar sambil menggeleng-geleng kepala saat membaca puisi di atas. Komentarnya,

"Sebegitu berpengaruhkan ia bagimu?"

Aku memang menulis itu saat aku benar - benar dalam keadaan tak stabil. Bingung, gelisah, takut dan sekaligus patah hati. Semuanya terasa campur aduk dan membuatku sama sekali tak bisa tenang. Akhirnya sebagai pelampiasan aku menulis puisi itu.

Tapi kalau kurunut lagi kebelakang, dia memang berdampak besar bagiku. Dia membawa banyak pengaruh dan hal-hal baru ke dalam kehidupanku. Dia datang membawa senyuman, tangisan, tawa dan semua ekspresi kehidupan bagiku.
Namun, justru karena itulah aku ingin benar-benar menghapus dia dari pikiranku. Karena dengan mengingatnya aku akan merasakan lagi perasaan yang dulu membuatku begitu kacau. Begitu takut.

Sekarang, aku sama sekali tak tahu apa-apa tentang dia. Sedih?
Tidak. Kurasa tidak.

Aku merasa itu adalah sebuah petunjuk agar aku mencari seseorang yang lebih baik. Agar aku bisa melihat ke depan lebih baik lagi. Dan aku merasa lega telah bisa 'membunuhnya dari diriku'.

Catatan Yunna:
Sedikit catatan tentang aku saat patah hati. Awalnya memang down, tapi seiring berjalannya waktu aku baik-baik saja. Bertemu dengan banyak teman baru membuatku belajar untuk tegar dan terus mengangkat wajah dalam menghadapi hidup.
Karena, saat kita jauh dan enggan bangun hidu akan terus berjalan dan meninggalkan kita. Karena itu kita juga harus bangun dan mengejar hidup yang meninggalkan kita...

Teingat untuk menuliskan tentang ini saat menonton ulang dorama jepang 14 Sai No Haha (14 years old mother). Ada dialog dari sang pemeran utama yang menusuk hati saat itu.
I understand for the first time. That being born, being able to breath, and being able to run around is a wonderful miracle...

Aku merasa bahwa aku harus bersyukur sudah bisa menjalani hidup yang seperti sekarang ini. Jangan terlalu berlarut-larut atau menyesal saat patah hati juga salah satu cara untuk menghargai hidup yang kujalani

I'll be strong for myself...

picture taken from here

Hari ini

Di goreskan oleh Yunna , Senin, 06 Desember 2010 10.56

Salahkah?

Kadang aku merasa hidup itu serba salah. Serba kacau. Benarkah? atau semua hal tersebut hanyalah hal sepele yang berkecamuk dalam hatiku.
Hal tak berguna yang kadang membuatku berjingkat tiba-tiba. Hal yang selalu membuatku terkejut dan tak pernah merasa tenang dalam jalanku.

Salah?

Kadang aku merasa hidup itu terlalu tenang. Terlalu damai sampai kita tak tahu apa yang ada di depan. Sampai aku bingung menentukan jalan. Karena semua jalan itu terasa begitu mudah.
Hal yang selalu membuatku tertawa terbahak. Hal yang selalu membuatku berpikir dunia bagai mainan dalam tanganku.

Salah?

Kadang aku berpikir. Selalu ada hal yang dikorbankan untuk mencapai kemudahan atau kesusahan. Selalu harus ada yang jatuh saat aku berdiri. Atau aku selalu terjatuh saat melihat orang lain berdiri.
Seperti itulah. Berputar dan berputar.

Hidup berputar terus. Sampai aku tak bisa membedakan saat tenang dan kacau. Sampai aku kadang tak bisa merasakan bahagia walau sejenak.

Salah? Benar?
Atau semua hanya mimpi?


Saat membaca puisi yang kutulis beberapa bulan lalu itu, aku merasa diriku saat itu sangat depresi. Seperti seseorang yang sedang putus asa. Tapi itu dulu...

Sekarang aku menjalani hidup dengan jauh lebih baik (kurasa).

Jurusan Akutansi ternyata tidak seburuk yang kupikirkan. Kecuali saat tugas sedang benar-benar menumpuk dan membuatku kesal setengah mati. Belum lagi sebaian tugas itu harus dikerjakan dalam bahasa inggris.
Oh my God...
Awalnya kepalaku seperti hampir pecah.

Kuulangi sekali lagi. Aku masuk Jurusan International Accounting. Yang artinya perkuliahannya dilakukan dengan bahasa inggris. Mau tak mau aku juga harus mengasah kemampuan bahasa asingku kalau ingin lulus tepat waktu. Actually, i hate talking about this...
Sama sekali tak terbayang harus menulis skripsi dalam bahasa inggris. Membayangkannya saja sudah cukup membuatku pusing.

Ditambah lagi, sekarang sudah tak ada lagi tempat yang menjadi sandaran saat sedang stres atau banyak pikiran...
Nasib cewek jomblo...


Ngomong-ngomong, sekarang aku posting sambil menyelesaikan power point untuk presentasi kelompok. Setelah presentasi yang ini selesai mungkin aku bisa sedikit bebas. Seperti kata Putra, temanku di Akutansi Reguler.


"Hidup kok buat tugas terus... Main dong!"


Dan ngomong-ngomong soal Putra, temanku yang satu itu masih punya hutang padaku. Dia penah janji mau memainkan lagunya Avenged Sevenfold, Dear God. Kapan ya dia mau menepati janji....

Cerita Pertama

Di goreskan oleh Yunna , Minggu, 05 Desember 2010 15.05

Yunna kembali lagi.

Dengan semangat barum kehidupan baru dan segudang cerita baru yang siap kubagikan.

Sepertinya waktu berlalu dengan amat cepat. Tidak terasa, sudah setengah tahun lebih aku menghilang, atau lebih tepat di bilang bersembunyi dari dunia maya. Ada cerita panjang di balik itu, lain kali bisa kuceritakan. Tapi yang terpenting, sekarang aku kembali lagi ke dunia ini. Dunia yang selalu membuatku merasa begitu bebas. Begitu lepas.

Cerita kali ini akan kumulai dari kehidupanku setelah lulus SMA.

Aku masuk jurusan International Accounting di UNSOED. Heran?
Aku juga. Dulu aku terobsesi masuk sekolah broadcasting. Setelah berpikiir ulang dengan baik-baik aku akhirnya bisa mengambil keputusan ini. Sholat istikharah untuk mengambil keputusan pun aku jalani. ternyata yang muncul di pikiranku bukan sekolah broadcasting, tapi masuk jurusan Akutansi. Dan akhirnya aku memutuskan masuk ke sana.

Menyesal?
Tidak. Jalan yang aku ambil adalah keputusanku sendiri. Aku mengambil keputusan itu atas pentunjuk Allah swt, sudah pasti keputusan yang aku ambil itu tak akan salah kan?
Tuhan ada untuk membantu umat-Nya. Dan aku tak akan pernah menyesal sudah mengambil keputusan itu.

Lalu cerita kedua...
Masih ingat Wisnu?
Sekarang dia cuma masa lalu. Semua yang pernah terjadi di antara kami sudah berakhir. Wisnu sudah mempunyai seseorang yang baru, sedangkan aku belum. Tapi bukan berarti aku masih stuck dan belum bisa melupakannya.
Aku sudah berjalan lagi seperti dulu. Mencoba membangun apa yang tersisa dan mencari alat untuk menutup lubang yang ditinggalkannnya.
Dan itu berhasil.

Aku masih menikmati hidupku yang sekarang. Mencoba mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Aku puya prinsip baru sekarang.

Jika ingin mencintai orang lain dengan tulus, cobalah untuk mencintai dirimu sendiri lebih dulu.

Dan untuk menjalani itu, tiap kali bad mood melandaku, aku akan selalu berteriak "I am healty and I am happy!"
Aku juga punya prinsip sendiri soal cinta.

I think I can feel in love with someone when I feel free with someone.

Dan aku tak lagi merasakan kebebasan itu setelah semakin lama bersama dia. Karena itu kami memutuskan untuk menyudahi semuanya. Ini lebih baik daripada aku harus merasa terkekang dan tidak bisa merasakan kebebasan itu lagi.

Dan yang ketiga....
Sekarang aku bahagia dengan hidupku. Menjalani hidupku seperti yang aku inginkan. Tertawa, tersenyum, menangis demi diri sendiri. I am happy with that...
I believe that everyone will face their happiness with different way. They only need love to get their way. Love other people and off course love their self.....